cj.vino akbar from 107.3 Fm E-radio study n fun station
walcome to my blog. to the reader's please menikmati ondition in my blog to your hapyy.
search
12.28.2008
belajar otomotif yupsss
2.4.1. Sistem Rem
Fungsi rem pada setiap kendaraan adalah untuk memperlambat, menghentikan dan menahan laju kendaraan. Untuk itu perawatan dan perbaikan sistem rem sangat penting untuk menjaga keselamatan pengendara dalam mengoperasikan kendaraannya. Dalam pengerjaan sistem rem, ada dua jenis sistem rem yang digunakan pada setiap kendaraan yaitu: rem tromol dan rem cakram.
2.4.1.1. Rem Tromol
Pada rem tromol, kekuatan tenaga pengereman diperoleh dari sepatu rem yang menekan permukaan tromol bagian dalam yang berputar bersama dengan roda. Komponen rem tromol meliputi:
1. Backing Plate
Backing plate dibuat dari baja press yang dibaut pada axle housing atau axle carrier bagian belakang. Karena sepatu rem terkait pada backing plate, maka aksi daya pengereman tertumpu pada backing plate.
2. Silinder Roda (Wheel Cylinder)
Setiap roda menggunakan satu atau dua buah silinder roda. Ada sistem yang menggunakan dua piston untuk menggerakkan kedua sepatu rem, yaitu satu piston untuk setiap sisi silinder roda, sedangkan sistem yang lainnya hanya menggunakan satu piston untuk menggerakkan sepatu rem. Bila timbul tekanan hidrolis pada master cylinder maka akan menggerakkan piston cup, piston akan menekan kearah sepatu rem, kemudian bersama-sama menekan tromol rem. Apabila rem tidak bekerja, maka piston akan kembali ke posisi semula dengan adanya kekuatan pegas pembalik sepatu rem, dan pegas kompresi mengkerut.
3. Sepatu Rem dan Kampas Rem
Sepatu Rem (brake shoe) memiliki bentuk setengah lingkaran. Sepatu rem biasanya dibuat dari plate baja. Kanvas rem dipasang dengan cara dikeling (untuk kendaraan besar) dan dilem (untuk kendaraan kecil) pada permukaan yang bergesekan dengan tromol. Kanvas ini harus bisa menahan panas dan aus, juga harus mempunyai koefisien gesek yang tinggi. Koefisien tersebut sedapat mungkin tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan turun naiknya temperatur dan kelembaban yang silih berganti. Umumnya kanvas (lining) terbuat dari campuran fiber metalic dengan brass, lead, plastik dan sebagainya dan diproses dengan ketinggian panas tertentu.
4. Tromol Rem
Tromol Rem (brake shoe) umumnya terbuat dari besi tuang (gray cast iron). Tromol ini letaknya sangat dekat dengan sepatu rem tanpa bersentuhan dan berputar bersama roda. Ketika kanvas menekan permukaan bagian dalam tromol bila rem bekerja, maka gesekan panas tersebut dapat mencapai suhu setinggi 200o sampai 300o Celcius. Pada rem tromol terdapat beberapa tipe, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tipe Leading dan Tralling
2. Tipe Two Leading
3. Tipe Uni Servo
4. Tipe Duo Servo
Setelah kita tahu beberapa jenis rem dan tipe-tipenya, maka kita akan lebih mudah mempelajari dan melakukan pengerjaan perbaikan dan perawatan sistem rem. Pembahasan mengenai rem, penulis akan membahas sistem rem belakang pada kendaraan toyota kijang 5K. Adapun prosedur pada sistem rem:
1. Melepas tromol
2. Pengukuran tebal kampas rem
3. Pengukuran diameter dalam tromol rem
4. Penghitungan celah antara diameter kampas dan diameter tromol rem
5. Penyetelan rem
6. Pemasangan kembali
1. Melepas Tromol
Sebelum kita melepas tromol, terlebih dahulu kita harus melepas roda dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kita kendorkan baut pengancing pada roda, tapi jangan sampai dilepas karena untuk memudahkan kita pada saat melepas roda. Kita dongkrak poros roda hingga terangkat.
2. Kita lepaskan baut pengancing pada tromol rem, kemudian kita lepaskan tromol rem. Jika tromol rem sulit dilepas kita lepaskan penyumbat pada backing plat dan masukan obeng melalui lubang pada backing plat dan tekan tuas otomatis menjauhi baut penyetel. Menggunakan SST atau obeng lain, kurangi tinggi penyetelan sepatu dengan memutar penyetel searah jarum jam.
3. Kita lepas pegas penahan rem, tuas rem, pegas pembalik, pegas angkur, sepatu rem, dan komponen yang mudah dilepaskan lainnya.
2. Pengukuran Tebal Kampas Rem
Untuk mengukur tebal kampas rem, gunakan alat ukur fernier caliper (jangka sorong). Ukur tebal kampas rem pada setiap sisi kampas rem tersebut. Hasil pengukurannya adalah 4,5 mm, ini berarti bahwa kampas rem tersebut masih baik dan layak pakai. Jika ditemui tebal kampas rem kurang dari 3 mm, berarti kampas rem sudah habis dan harus diganti dengan yang baru karena kampas rem sudah tidak bisa bekerja maksimal.
3. Pengukuran Diameter dalam Tromol Rem
Untuk mengukur diameter dalam tromol juga menggunakan jangka sorong. Kita ukur diameter dalam tromol dengan membandingkan diameter tromol vertikal dan diameter tromol horisontal. Setelah itu kita catat diameter yang ukurannya paling besar. Pada saat melaksanakan ujian praktik perawatan dan perbaikan sistem rem penulis mendapat hasil pengukuran sebesar 230,8 m. Kita periksa juga pada bagian dalam tromol apakah terdapat keausan atau tidak.
4. Penghitungan Celah antara Diameter Kampas dan Diameter Dalam Tromol
Setelah kita mendapatkan pengukuran diameter kampas rem dan diameter dalam tromol, maka kita sudah bisa mengukur celah antara diameter kampas rem dengan diameter dalam tromol. Caranya adalah diameter dalam tromol dikurangi diameter kampas rem lalu dibagi dua karena untuk mengetahui sisi-sisinya simetris atau tidak. Hasil pengukurannya adalah sebagai berikut: 230,8 mm – 227,8 mm = 03,8 mm. Kemudian hasilnya kita bagi dua, yaitu 03,8 mm : 2 = 1,9 mm. Sedangkan celah standard antara diameter kampas rem dengan diameter dalam tromol adalah 0,5 – 1,5 mm. Maka penulis harus menyetel ulang setelan rem, agar celah rem tersebut dapat sesuai standard.
5. Penyetelan Rem
Dari hasil pengukuran prosedur diatas penulis mendapat hasil 1,9 mm (terlalu lebar), atau tidak sesuai dengan standard maka penulis harus melakukan penyetelan rem kembali. Cara penyetelan rem adalah:
1. Jika celah terlalu lebar kita gunakan obeng untuk prosedur penyetelannya. Kita masukan obeng pada lubang belakang rem, kita tepatkan obeng pada dudukan handrem kemudian kita ungkit handrem sehingga gigi penyetel bergeser. Saat mengungkit handrem kita harus pelan-pelan agar setelan rem tidak terlalu sempit. Kita ukur lagi diameter kampas rem kemudian kita ulangi penghitungan celah diameter kampas dengan diameter dalam tromol. Kita lakukan sampai ukuran celah rem sesuai dengan standard (0,5 -1,5 mm).
6. Pemasangan Kembali
Pemasangan tromol dilakukan jika semua komponen sudah dipasang dan setelan rem sudah sesuai dengan standard. Kemudian roda dipasang kembali dengan lamgkah sebagai berikut:
1. Pasang roda pada kedudukan poros as roda
2. Pasang baut pengancing lalu turunkan dongkrak
3. Kencangkan baut pengancing
2.4.1.2. Rem Cakram
Rem cakram (disc brake) pada dasarnya terdiri dari cakram yang terbuat dari besi tuang (disc rotor) yang berputar dengan roda dan bahan gesek (dalam hal ini disc pad) yang mendorong dan menjepit cakram. Daya pengereman dihasilkan oleh adanya gesekan antara disc pad dan cakram (disc).
1. Piringan
Umumnya cakram atau piringan (disc rotor) dibuat dari besi tuang dalam bentuk biasa (solid) dan berlubang-lubang untuk ventilasi. Tipe cakram lubang terdiri dari pasangan piringan yang berlubang untuk menjamin pendingin yang baik, kedua-duanya untuk mencegah fading dan menjamin umur pad lebih panjang atau tahan lama.
2. Caliper
Caliper juga disebut dengan cylinder body, memegang piston-piston dan dilengkapi dengan saluran dimana minyak rem disalurkan ke silinder. Caliper dikelompokkan sebagai berikut menurut jenis pemasangannya:
a. Tipe fixed caliper (double piston)
Caliper dipasangkan tepat pada axle atau strut. Pemasangan caliper dilengkapi dengan sepasang piston. Daya pengereman didapat bila pada ditekan psiton secara hidrolis pada kedua ujung atau cakram.
Fixed caliper adalah dasar disain yang sangat baik dan dijamin dapat bekerja lebih akurat. Namun demikian radiasi panasnya terbatas karena silinder rem berada antara cakram dan velg, menyebabkan sulit tercapainya pendinginan. Untuk ini membutuhkan penambahan komponen yang banyak. Untuk mengatasi hal tersebut, jenis caliper fixed ini, sudah jarang digunakan.
b. Tipe floating caliper (single piston)
Pada tipe ini piston hanya ditempatkan pada satu sisi caliper saja. Tekanan hidrolis dari master silinder mendorong piston (A) dan selanjutnya menekan pada rotor disc (cakram). Pada saat yang sama tekanan hidrolis menekan sisi pada (reaksi B). Ini menyebabkan caliper bergerak ke kanan dan menjepit cakram dan terjadilah tenaga usaha pengeraman.
3. Pad Rem
Pad (disc pad) biasa dibuat dari campuran metalic fiber dan sedikit serbuk besi. Tipe ini sering disebut dengan “semi metalic disc pad”.
2.4.2. Sistem Transmisi
Transmisi umumnya ditempatkan diantara kopling dan propeller shaft. Transamisi memungkinkan kendaraan menghasilkan momen yang besar (daya putar tinggi) untuk gerakan pertama mempercepat gerakan dan meluncur pada tanjakan. Dengan perpindahan gigi puntir terhadap poros propeler akan berubah-ubah. Juga bila momen puntir yang tinggi tidak diperlukan (di jalan yang datar), transmisi dapat mengurangi putaran mesin dengan perpindahan gigi-gigi untuk menghemat pemakaian bensin dan mengurangi kebisingan suara. Karena mesin tidak dapat merubah arah putaran maka kendaraan dapat dibuat bergerak mundur dengan penggantian gigi-gigi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fungsi transmisi adalah sebagai berikut:
1. Mengatur kecepatan sesuai dengan beban dan kondisi jalan.
2. Merubah arah putaran roda, sehingga kendaraan dapat bergerak maju dan mundur.
3. Memutuskan dan menghubungkan putaran, sehingga kendaraan dapat berhenti sementara mesin hidup.
2.4.2.1. Jenis Transmisi
Transmisi pada kendaraan dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Slidingmesh type (tipe meluncur)
2. Constantmesh type (tipe constant/tetap)
3. Syncromesh type (tipe selaras)
Dalam hal ini penulis akan membahas tentang sistem transmisi jenis syncromesh type (tipe selaras) saja, karena tipe syncromesh menjadi bahan uji kompetensi praktek. Sehingga penulis sedikit banyak mengetahui tentang transmisi jenis ini sedangkan untuk tipe yang lain penulis tidak memaparkannya karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman.
I. Syncromesh Type (Tipe Selaras)
Jenis ini mempunyai konstruksi seperti jenis constantmesh type. Pada jenis ini untuk memindahkan putaran dari main gear ke main shaft digunakan syncromesh, sehingga perpindahan putaran dapat dilakukan dengan mudah pada berbagai kecepatan.
a. Susunan Transmisi Jenis Syncromesh
1. Syncronizer Ring, berfungsi untuk menyamakan putaran.
2. Clucth Hub, berfungsi untuk menghubungkan putaran dari sleeve hub ke main shaft.
3. Sleeve Hub, berfungsi untuk memindahkan putaran dari main gear ke main shaft melalui clutch hub.
4. Syncronizer Key, berfungsi untuk menekan syncronizer ring dan sekaligus membantu bekerjanya sleeve hub.
5. Syncronizer Spring, berfungsi untuk menekan syncronizer key selalu tertekan ke sleeve hub.
b. Cara Kerja Transmisi Jenis Syncromesh
Bila sleeve digerakkan ke depan atau kebelakang oleh fork, sleeve akan bergerak ke depan atau belakang. Gerakan sleeve hub membawa syncronizer key untuk menekan syncronizer ring, selanjutnya syncronizer ring tertekan dan bergesek dengan cone. Akibat gesekan ini maka terjadi pengereman yang menyebabkan putaran syncronizer ring sama dengan syncronizer cone.
Bila sleeve ditekan terus, sedangkan synchronizer ring tidak dapat bergerak maju lagi, maka syncronizer key tertekan turun oleh sleeve pada tonjolan key bagian atas. Karena key turun maka key tidak sanggup lagi menekan syncronizer ring bebas atau tidak menekan cone. Dengan demikian camfer sleeve hub dapat masuk dengan mudah pada camfer syncronizer cone, selanjutnya putaran dari main gear dapat diteruskan ke main shaft.
II. Komponen Utama Transmisi Manual
1. Main Gear (Gigi Utama)
Main gear, berfungsi untuk membuat gear ratio bersama-sama dengan counter gear sesuai dengan tingkat kecepatan.
2. Counter Gear (Gigi Penggerak)
Counter gear, berfungsi memindahkan putaran dari input shaft (main drive gear), ke main gear sekaligus gear ration.
3. Input Shaft (Poros Input)
Input shaft, berfungsi untuk memindahkan putaran dari clutch ke counter gear.
4. Main Shaft (Poros Utama)
Main shaft, berfungsi sebagai output transmisi sekaligus tempat pemasangan main gear dan hub set antara main shaft dengan input shaft transmission dapat berputar bebas, karena dihubungkan dengan perantara bearing (bantalan).
5. Interlock System (Sistem Penguncian)
Dalam pengoperasian transmisi, setiap tingkat kecepatan hanya boleh terjadi satu gear yang masuk (satu sleeve hub yang berkaitan dengan main gear), karena setiap main gear mempunyai gear ration yang berbeda. Untuk maksud tersebut pada transmisi dipasang interlock system.
6. Reverse Idle Gear dan Shaft (Poros dan Gigi Rendah Pembalik)
Berfungsi untuk menghubungkan counter gear dengan main reverse gear sehingga main reverse gear berputar berlawanan dengan input shaft (main drive gear).
III. Membongkar, Memeriksa dan Memasang Transmisi
1. Melepas Transmisi dari Kendaraan
a. Melepas kabel baterai dari terminal negatif.
b. Melepas karet tuas pemindah.
c. Angkat kendaraan dan kuras oli transmisinya (seperti pembahasan sebelumnya).
d. Lepaskan baut pengikat tuas pemindah.
e. Lepaskan hubungan transmisi dengan propeller shaf.
f. Lepaskan manifold gas buang, swicth lampu.
g. Lepaskan lampu spedometer, kabel kopling, pembebas kopling.
h. Lepaskan crossmember.
2. Membongkar Transmisi
a. Melepaskan garpu pembebas, lepaskan rakitan tutup bak transmisi.
b. Lepaskan rumah kopling, bantalan depan, extension housing.
c. Lepaskan roda gigi idler mundur, poros, dan pengunci.
d. Lepaskan roda gigi camber dan pengunci.
e. Lepaskan rakitan poros output dan input.
f. Lepaskan gigi penggerak speedometer.
g. Lepaskan bantalan belakang poros output, roda gigi-1, bola pengunci,dan bantalan rol jarum.
h. Lepaskan ring syncromes, hub sleeve nomor 1, dan roda gigi-2.
i. Lepaskan hub sleeve nomor 2 dan roda gigi-3.
3. Membongkar Rakitan Tutup Bak Transmisi
a. Menggunakan drip pen dan palu, lepaskan pegas alur, garpu pemindah 3 dan 4, lepaskan bola dan pegas pengunci.
b. Lepaskan pan interlock nomor 1, menggunakan tuas magnetik.
c. Lepaskan garpu pemindah 1 dan 2, dan porosnya gunakan drip pen dan palu.lepaskan pen interlock nomor 2, gunakan tuas magnetik.
d. Lepaskan mur pivot, ring-O, dan cincin poros, garpu pemindah mundur, dan kepala pemindah mundur, gunakan drip pen dan palu.
e. Lepaskan pemegang bola pembatas mundur pegas dan bola pengunci, tutup bak transmisi.
f. Lepaskan tuas pemindah, poros tuas, plat lengan pemindah mundur.
4. Pemeriksaan
a. Ukur bantalan flens luncur dalam dan poros output. Gunakan fernier caliper (limit 3,9 mm dan 4,9 mm).
b. Ukur diameter tuas permukaan journal poros output, gunakan micrometer (limit roda gigi nomor 2 dan 3 = 38,42 mm).
c. Ukur diameter luar luncuran dalam (limit 36,98 mm).
d. Ukur keolengan poros output, gunakan dial (limit 0,06 mm).
e. Ukur celah oli roda gigi 1 standard (0,009-0,064 mm), roda gigi 2 dan 3 (limit 0,06-0,01 mm).
f. Periksa ring syncromesh apakah baik kemampuan pengeremannya. Ukur celah antara ring syncromesh dengan ujung alur roda gigi (0,6-1,2 mm).
g. Ukur celah antara garpu pemindah hub sleeve (0,2-0,3 mm).
5. Pemasangan
a. Merakit tutup bak transmisi
1. Pasangkan lengan pemindah mundur dan pivot.
2. Pasangkan tuas pemindah dan porosnya, kencangkan baut pengunci dan pasang kawat pengunci.
3. Pasangkan pegas, bola pengunci, gasket, dan pemegang bola pembatas mundur.
4. Pasangkan poros garpu pemindah mundur dan kepala pemindah (kedudukan lubang pen tepat dengan lubang poros dan pasangkan pegas alur).
5. Pasangkan garpu pemindah 3 dan 4, dan poros garpu pemindah.
b. Merakit Transmisi
1. Pasangkan clutch hub, pengunci pemindah.
2. Pasangkan rakitan gigi 3, ring syncromesh dan hub sleeve nomor 2 poros output.
3. Pasangkan snap ring.
4. Ukur celah dorong roda gigi 3, gunakan fuller gauge (limit 0,10-0,25 mm)
5. Pasangkan rakitan roda gigi 1, ring syncromesh, hub sleeve 1 pada poros output.
6. Pasang bola pengunci dan pasangkan rakitan bantalan.
7. Ukurlah celah roda gigi 1 dan 2 (limit 0,10-0,25 mm).
8. Pasang snap ring dan rakitlah gigi counter, bantalan rol jarum dan cincin.
9. Pasangkan rakitan tadi pada transmisi.
10. Pasangkan poros input, penahan bantalan depan (gunakan gasket baru).
11. Pasangkan ring syncromesh dan rakitan poros output.
12. Pasangkan poros roda gigi counter.
13. Pasangkan roda gigi idler mundur dan poros.
14. Pasangkan extension housing (pakai gasket baru), pasangkan rumah kopling dan rakitan penutup bak transmisi.
15. Pasangkan accesories yang berhubungan dengan transmisi.
16. Setel lengan pemindah mundur.
2.4.3. Sistem Penerangan
Dalam perawatan dan perbaikan sistem penerangan, penulis melakukan pemeriksaan pada komponen sistem penerangan seperti berikut ini:
1. Pemeriksaan Lampu Kepala
2. Pemeriksaan Lampu Tanda Belok
3. Pemeriksaan Lampu Rem
4. Pemeriksaan Lampu Mundur
5. Pemeriksaan Klakson
2.4.3.1. Pemeriksaan Lampu Kepala
Sistem lampu kepala adalah bagin paling vital pada saat kendaraan melaju, terutama pada malam hari dan sore hari. Berikut ini pemaparan tentang lampu kepala.
a. Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
Saat saklar penerangan diarahkan pada lampu kepala maka arus listrik dari baterai akan mengalir ke saklar dim dan diteruskan ke relay, akibatnya pada kumparan relay timbul magnet. Kemagnetan ini menyebabkan terhubugnya kontak pada relay. Dengan demikian arus listrik dari baterai akan mengalir ke lampu kepala melalui sekring.
Apabila saklar penerangan diarahkan pada lampu kepala, arus dari baterai akan mengalir ke saklar dim. Dari sini arus akan mengalir ke salah satu rangkaian lampu kepala (lampu jarak jauh atau dekat tergantung posisi saklar). Selanjutnya arus listrik mengalir ke lampu kepala melalui sikring.
b. Cara merangkai lampu kepala adalah sebagai berikut:
Lampu harus dibedakan menjadi dua yaitu lampu jarak dekat dan jarak jauh, lalu kita pilih mana dulu yang harus dikerjakan lampu jarak dekat atau jarak jauh.
Pada saat pemeriksaan lampu kepala, hal-hal yang harus diperiksa:
1. Kabel
Menggunakan multitester kita periksa kabel apakah putus atau tidak. Kita setel multitester pada Ohm meter kemudian kita hubungkan kedua ujung kabel dengan kedua kutub pada multitester, ujung yang satu mendapat kutub (+) dan ujung yang satunya mendapat ujung (-). Jika jarum indikator multitester bergerak sampai maksimal berarti kabel dalam keadaan baik. Jika jarum indikator bergerak tapi tidak maksimal atau tidak bergerak sama sekali berarti kabel mempunyai hambatan atau putus.
2. Relay
Dengan menggunakan multitester kita periksa apakah relay mengalami kerusakan atau tidak. Caranya adalah dengan menyetel multitester pada ohm meter, kemudian kita hubungkan terminal 86 dengan 87 dengan kutub (+) dan kutub (-), jika jarum indikator bergerak berarti terminal 86 dan 87 baik. Kemudian kita lakukan seperti perintah diatas, hubungkan kutub (+) dengan terminal 30 dan kutub (-) dengan terminal 85. Jika jarum indikator tidak bergerak berarti maka relay masih bagus.
3. Lampu kepala
Dengan menggunakan arus dari accu 12 volt, kita periksa apakah lampu kepala putus atau tidak. Terminal (+) pada lampu kita hubungkan pada terminal (+) baterai, lalu terminal (-) lampu kita hubungkan dengan teminal (-) baterai. Jika lampu menyala berarti lampu dalam keadaan baik, tetapi jika lampu tidak menyala berarti lampu sudah putus atau sudah rusak.
4. Saklar
Saklar umumnya digunakan untuk mengoperasikan berbagai komponen kelistrikan. Sebagian besar dioperasikan secara manual, otomatis dan ada juga yang menggunakan remote control. Fungsi saklar adalah menghubungkan dan memutuskan arus listrik pada komponen rangkaian sistem penerangan. Pada kendaraan penumpang, dua saklar utamanya adalah kunci kontak dan saklar kombinasi pada steering columns. Kunci kontak mempunyai hubungan keposisi start, ignation (pengapian) dan acessories (kelengkapan). Saklar-saklar dioperasikan secara manual, saklar ini digunakan untuk mengoperasikan relay pada kompartemen engine. Relay inilah yang menghubungkan dan memutuskan arus komponen. Beberapa saklar lainnya ditempatkan pada panel instrument (dashboard). Meskipun demikian terdapat juga saklar yang dipasang pada pedal rem, kopling, transmisi otomatis dan komponen-komponen lainnya. Selain saklar otomatis dan saklar manual juga digunakan komponen-komponen elektronik. Pada pemeriksaan penulis menjelaskan tentang saklar manual sebagai objek dalam pengerjaan sistem penerangan. Cara pemeriksaannya adalah:
Dengan menggunakan multitester, kita posisikan dulu multitester pada ohm meter atau hubung putus, kemudian kita hubungkan terminal (saluran komponen yang akan dipasang) ke kutub (+) pada multitester kemudian pada saklar dengan pemasangan.
5. Sekring
Sekring ada dua macam yaitu sikring tabung kaca dan sikring tancap. Sikring digunakan untuk membatasi arus yang masuk ke beban atau komponen, dimana komponen tersebut dapat terbakar bila kelebihan arus. Pemeriksaannya dengan cara melihat sikring apakah kawat dalam sikring masih terhubung atau tida, jika masih terhubung berarti sikring masih baik tetapi bila kawat dalam sikring sudah tidak terhubung berarti sikring sudah rusak.
2.4.3.2. Pemeriksaan Lampu Tanda Belok
Hal yang perlu diperiksa pada lampu tanda belok adalah sebagai berikut:
1. Kabel
2. Relay
3. Lampu tanda belok
4. Saklar
5. Flaser
Prosedur pemeriksaan komponen diatas sama dengan pemeriksaan komponen lampu kepala.
Flaser dibagi dua bagian, yaitu Termal dan Elektrik.
1. Termal
Pada flaser termal, cara memeriksanya adalah dengan menghubungkan dua kutubnya yaitu kutub (+) termal dihubungkan dengan kutub (+) baterai, kemudian kutub (-) termal kita hubungkan dengan kutub (-) baterai. Jika flaser berbunyi (tik-tik) berarti flaser dalam keadaan baik, tapi jika flaser tidak berbunyi berarti falser rusak.
2. Elektrik
Pada flaser elektrik, cara memeriksanya adalah dengan menggunakan multitester dan baterai. Pada flaser elektrik terdapat tiga terminal yaitu terminal (+), temrinal (-), dan terminal beban. Pada terminal (+) flaser kita hubungkan dengan terminal (+) baterai, terminal (-) flaser kita hubungkan dengan terminal (-) baterai,dan yang terakhir terminal beban kita hubungkan pada lampu tanda belok. Jika flaser berbunyi (tik-tik) berarti falser dalam keadaan baik, jika falser tidak berbunyi berarti flaser sudah rusak.
2.4.3.3. Pemeriksaan Lampu Rem
Pemeriksaan lampu rem yang penulis kerjakan adalah sebagai berikut:
1. Kabel
Prosedur pemeriksaannya sama dengan pemeriksaan lampu tanda belok.
2. Lampu
Pemeriksaannya sama dengan prosedur pemeriksaan lampu pada lampu tanda belok.
3. Saklar lampu rem
Prosedur pemeriksaan saklar pada lampu mundur sama dengan prosedur pemeriksaan pada saklar lampu tanda belok.
2.4.3.4. Pemeriksaan Lampu Mundur
Prosedur pemeriksaan pada lampu mundur adalah sebagai berikut:
1. Kabel
Adapun prosedurnya sama dengan pemeriksaan lampu rem.
2. Lampu Mundur
Pemeriksaan pada lampu mundur sama dengan prosedur pemeriksaan pada lampu rem.
3. Saklar lampu mundur
Prosedur pemeriksaan pada saklar lampu mundur sama dengan pemeriksaan saklar lampu rem.
Lampu mundur dipasang dibagian belakang kendaraan untuk memberikan penerangan dibagian belakang kendaraan saat kendaraan mundur pada malam hari. Selain itu juga berfungsi untuk memberi tanda pada pengendara lain. Sistem lampu mundur terdiri dari sekring, saklar, yang dipasang pada transmisi dan dua buah lampu. Apabila transmisi diarahkan pada posisi mundur saklar akan menghubungkan rangkaian dan menyalakan lampu.
2.4.3.5. Pemeriksaan Klakson
Rangkaian klakson biasanya terdiri dari baterai, sekring, relay, klakson dan saklar. Apabila saklar klakson ditekan maka arus dari baterai akan mengalir ke kumparan relay, saklar dan massa. Akibatnya pada kumparan akan timbul magnet dan menghubungkan kontak pada relay. Dengan demikian arus dari baterai juga akan mengalir ke klakson. Pada umumnya sebuah klakson mempunyai plat diafragma yang akan berfibrasi dengan adanya elektromagnet.
Elektromagnet akan menarik plat diafragma saat dialiri arus listrik. Gerakan plat diafragma akan membuka sepasang titik kontak yang akan menyebabkan terputusnya tenaga listrik sehingga plat diafragma kembali ke posisi semula dan titik kontak kembali menutup dan plat diafragma kembali tertarik oleh elektromagnetik. Bergetarnya plat diafragma ini menghasilkan suara khas klakson.
Apabila sebuah klakson tidak menghasilkan suara, pertama-tama periksa sikring dan sambungan-sambungan. Bila keduanya dalam kondisi baik, periksa tegangan pada terminal klakson sambil menekan tombol klakson. Bila tegangan tidak mencapai klakson, periksa tegangan pada relay. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pemeriksaan sistem klakson adalah penggunaan buku manual kendaraan yang bersangkutan. Ikuti petunjuk pemeriksaan dan perbaikannya. Dewasa ini terdapat banyak klakson yang tidak dapat diperbaiki. Walaupun demikian umumnya klakson-klakson ini dapat disetel. Biasanya penyetelan dapat dilakukan dengan memutar sekrup kecil dibagian belakang klakson.
2.4.4. Sistem Starter
Pada setiap unit kendaraan pasti mempunyai starter, dimana sistem ini berperan penting untuk menghidupkan awal mula mesin. Jadi fungsi stater bisa didefinisikan untuk menghidupkan awal mula mesin sewaktu mesin akan dihidupkan. Gerak mula tersebut terjadi akibat perubahan tenaga listrik menjadi tenaga mekanik pada sistem starter.
2.4.4.1. Prinsip Kerja Motor starter
Tiga hal pokok yang menyebabkan terjadinya perubahan tenaga listrik menjadi tenaga mekanik putar pada motor starter, yaitu:
1. Apabila penghantar. Dialiri arus listrik, maka pada sekeliling dan sepanjang penghantar tersebut akan timbul medan magnet.
2. Apabila gulungan dialiri arus listrik, maka akan terjadi hal yang sama seperti pada point a. Sedangkan perbedaannya hanya terletak pada pembentukan garis gaya magnetnya.
3. Sifat magnet adalah tolak menolak antara magnet senama dan tarik-menarik antara magnet yang tidak senama.
Sebuah penghantar yang dialiri listrik ditempatkan pada area gulungan yang sudah dialiri arus listrik, maka medan magnet pada penghantar dan medan magnet pada gulungan akan terjadi tolak-menolak. Penolakan akan terjadi ke arah area magnet yang lemah.
2.4.4.2. Macam-macam Rangkaian Motor Starter
Motor starter terdiri dari dua bagian komponen utama yaitu bagian yang bergerak (armature) dan bagian yang tidak bergerak (gulungan medan). Bagian komponen lainnya adalah merupakan komponen pendukung yang terdiri dari sepatu kutub, inti armature, komutator, poros armature dan sikat.
Gambar 1.1. Bagian komponen motor starter
Rangkaian gulungan medan pada motor stater terdiri dari:
1. Rangkaian Gulungan Seri
Pada motor starter dengan rangkaian gulungan seri penambahan kutubnya akan mempengaruhi terhadap kekuatan medan magnetnya. Ini berarti menghasilkan moment yang lebih besar, sehingga daya untuk menggerakkan awal motor lebih besar.
2. Rangkaian Gulungan Paralel
Pada motor starter dengan rangkaian gulungan paralel pada umumnya digunakan pada motor yang lebih besar. Rangkaian gulungan paralel memungkinkan mengalirnya arus tambahan untuk menimbulkan moment yang lebih besar.
3. Rangkaian Gulungan Kompon
Pada rangkaian ini dilengkapi dengan gulungan shunt. Gulungan ini mempunyai fungsi untuk mencegah kecepatan yang terlalu tinggi.
2.4.4.3. Komponen Rangkaian Sistem Starter dan Fungsinya
Rangkaian sistem starter berfungsi untuk mengubah tenaga listrik dari baterai menjadi tenaga mekanik pada motor starter untuk memutarkan poros pada saat awal mengidupkan mesin. Rangkaian dasar sistem starter mempunyai beberapa komponen, antara lain:
1. Baterai berfungsi sebagai sumber arus listrik.
2. Kunci kontak (starter switch) befungsi untuk mengoprasikan sistem starter.
3. Solenoid (motor switch) berfungsi sebagai penghubung arus dari baterai ke motor starter dan menghubungkan gigi motor starter dengan roda penyeimbang (fly wheel).
4. Motor starter berfungsi untuk memutarkan poros engkol mesin melalui fly wheel dengan moment listrik yang tinggi.
Gambar 1.2. Skema dasar sistem starter
Cara kerja sistem starter
Apabila kunci kontak dihubungkan, sebagian kecil arus listrik mengalir dari baterai ke solenoid dan kembali ke baterai melalui massa. Saat solenoid mendapat tenaga listrik dari baterai, plunyer pada solenoid akan bergerak dan menghubungkan gigi pinion dengan roda gigi penyeimbang (fly wheel).
2.4.4.4. Konstruksi dan Cara Kerja Solenoid
Solenoid mempunyai dua buah gulungan yang dililit dengan arah yang sama. Gulungan yang pertama disebut dengan “gulungan penarik” (pull in wilding) yang dibuat dari kawat yang lebih besar dan ujungnya masing- masing dihubungkan ke terminal (ST) solenoid dan ke terminal (M) solenoid. Gulungan yang kedua di sebut dengan “gulungan pemegang” (hold in wilding) yang dibuat dari kawat yang lebih kecil dan ujungnya masing-masing dihubungkan ke terminal (ST) solenoid dan ke massa
Cara kerja solenoid sebagai berikut:
1. Saat kunci kontak “ON” pada start (ST), arus listrik dari baterai mengalir ke gulungan penarik dan gulungan pemegang melalui terminal (ST) solenoid ke terminal (M), solenoid dan massa dengan arah yang sama.
Aliran arus listrik pada kedua gulungan tersebut mengakibatkan timbulnya medan magnet yang kuat yang menarik plunger ke arah kanan sehingga pelat penggulung solenoid menghubungkan titik kontak terminal (M) solenoid dan titik kontak terminal (B) solenoid.
2. Saat kunci kontak “OFF”, arus listrik yang mengalir melalui kedua gulungan solenoid terhenti meniadakan kekuatan medan magnetnya sehingga kekuatan gaya pegas solenoid mampu mendorong plunger ke tempet semula. Bersamaan dengan ini gigi pinion terlepas dari gigi penyeimbang (fly wheel), begitu juga pelat penghubung memutuskan hubungan rangkaian dari baterai ke motor starter sehingga motor starter berhenti bekerja.
2.4.4.5. Jenis Penggerak Roda Gigi Motor Starter
Terdapat dua jenis penggerak roda gigi motor starter, yaitu penggerak gigi bendix dan penggerak elektro magnet.
1. Penggerak roda gigi bendix
Penggerak bendix bekerja berdasarkan inersi pinion dan kecepatan putar armatur. Saat kunci kontak “ON” pada start, armatur berputar cepat sehingga roda gigi pinion pada alur poros armatur seperti sekrup dan baut. Pegas pada penggerak bendix berfungsi sebagai peredam guncangan /menolak balik, saat armatur mulai memutarkan roda imbang berputar berlawanan arah bergerak mundur terlepas dari gigi roda penyeimbang.
2. Penggerak elektro magnet
Pada penggerak elektro magnet, roda gigi digeser keluar dan ke dalam oleh kekuatan medan magnet. Salah satu jenis penggerak ini ialah penggerak kopling overrunning. Penggerak ini menggunakan tuas ungkit untuk menggerakkan gigi pinion bersama-sama dengan koplingnya. Gigi dan kopling tersebut digerakkan tegak sepanjang poros armatur kedalam atau keluar dari roda imbang. Tuas ungkit digerakkan oleh solenoid.
Cara kerja penggerak elektro magnet sebagai berikut:
1. Saat solenoid bekerja, tuas ungkit menggerakkan tuas gigi pinion hingga bertemu bersatu dengan roda gigi penyeimbang serta memutarkan roda tersebut. Hal ini dapat terjadi karena konstrusi kopling dibuat sedemikian rupa. Apabila gigi pinion berputar memutarkan roda bantalan gulung akan bergerak ke arah alur yang menyempit sehingga mengenai roda gigi pinion pada poros armatur. Hal ini menyebabkan roda gigi pinion berputar pada porosnya.
2. Saat roda penyeimbang berputar lebih cepat dari armatur, bantalan gulung akan bergeser ke arah alur yang lebih luas sehingga roda gigi pinion masih bersatu dengan gigi roda imbang berputar aman dan bebas sampai solenoid tidak bekerja (kunci kontak “OFF”)
2.4.4.6. Data-data motor starter
Data ini hanya sekedar contoh dari bermacam-macam jenis motor starter. Motor starter dengan kode GFR 12V 0,8 ps diartikan sebagai berikut:
Gdiameter rangka starter
C = 55 sampai 64 mm
D = 65 sampai 79 mm
E = 80 sampai 99 mm
G = 100 sampai 109 mm
J = 110 sampai 119 mm
K = 120 sampai 139 mm
Q = 140 sampai 169 mm
T = 170 sampai 199 mm
B, D, E, F, G, : Karakteristik strutur (tidak diatur sama untuk semua diameter rangka starter).
R atau L : R = Putaran searah jarum jam
L = Putaran kebalikan arah jarum jam
12V : Tegangan nominal motor starter dalam volt
0,8 PS : Out put nominal dalam HP
2.4.4.7. Perawatan dan Perbaikan Sistem Starter
1. Pemeriksaan sistem starter pada kendaraan
Untuk memeriksa gangguan awal pada sistem starter, anda bisa melakukannya pada kendaraan itu sendiri. Pemeriksaan ini tidak perlu melepas pengawatan maupun komponennya.
2. Pemeriksaan rangkaian positif
Selama pemeriksaan sebaiknya kabel tegangan tinggi pada koil dihubungkan ke massa. Jalankan mesin dan catat pembacaan voltmeter. Pembacaan tidak melebihi batas antara 0,2 sampai dengan 0,5 volt. Pembacaan melampaui batas menunjukkan tahanan berlebihan. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya anda membersihkan dan mengencangkan terminal positif baterai dan konektor ke terminal motor starter atau mengganti kabel positif baterai.
3. Pemeriksaan rangkaian massa
Pemeriksaan ini untuk mengetehui kondisi rangkaian antara terminal baterai negatif dengan masa motor starter. Probe negatif disentuhkan pada terminal negatif baterai dan probe yang lainnya disentuhkan pada rangka motor starter. Sama halnya pada pemeriksaan rangkaian (+), kabel tegangan tinggi pada koil dihubungkan ke massa. Jalankan mesin dan catat pembacaan voltmeter. Pembacaan tidak batas antara 0,2 sampai dengan 0,5 volt. Apabila pembacaan melebihi batas. Hal ini menunjukkan bahwa pemasangannya tidak sempurna. Untuk mengatasinya anda dapat melakukan pembersihan dan pengencangan pada terminal (-) baterai dan pengikat masa atau mengganti kabel massa.
4. Pemeriksaan rangkaian kunci kontak
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah rangkaian kunci kontak terhubung baik atau tidak. Sebuah jamper masing-masing ujungnya disentuhkan kepada terminal B dan terminal S solenoid. Hasil pemeriksaannya sebagai berikut:
a. Solenoid dan motor starter bekerja. Kerusakan ada pada rangkaian kunci kontak. Hal ini bisa diatasi dengan merangkai ulang atau mengganti kunci kontak.
b. Solenoid dan motor starter tidak bekerja. Kemungkinan kerusakan terjadi pada solenoid atau motor starter.
5. Pemeriksaan kondisi rangkaian solenoid.
Jamper masing-masing ujungnya disentuhkan pada terminal B dan terminal M. Hasil pemeriksaan sebagai berikut:
a. Motor starter bekerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa solenoid tidak bekerja atau rusak. Perlu diperiksa rangkaian solenoid dan terminal-terminalnya.
b. Motor starter tidak bekerja. Kemungkinan kerusakan terjadi pada motor starter itu sendiri.
6. Pemeriksaan dan penggantian kontak solenoid
Pada solenoid terdapat kumparan yaitu gulungan penarik (pull in coil) dan gulungan pemegang (hold in coil).
Pemeriksaan gulungan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Apabila pengujian dilakukan pada motor starternya lepaskan dulu kabel motor starter dari terminal M.
b. Hubungkan terminal (-) baterai pada badan motor starter dan terminal M sedangkan terminal (+) baterai dihubungkan pada terminal S. Jika gulungan penarik baik maka plunyer akan bergerak dan roda gigi pinion pada motor starter akan terdorong ke depan.
Gambar 1.3. Pemeriksaan gulungan penarik (Pull in coil)
c. Dalam keadaan roda gigi pinion terdorong ke depan, lepaskan hubungan kabel (-) ke terminal M. Apabila roda gigi tetap pada posisinya berarti hold in coil dalam keadaan baik.
Gambar 1.4. Pemeriksaan gulungan pemegang (hold in coil)
d. Apabila kabel (-) dilepas dari badan motor starter maka plunyer harus kembali dengan cepat.
Gambar 1.5. Pemeriksaan plunyer
Mengganti kontak solenoid dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Melepas tutup kontak solenoid dengan cara melepas terlebih dahulu baut pengikat terminal M, B dan ST.
b. Melepas kontak solenoid setelah terlebih dahulu melepas plat pengunci kontak solenoid.
c. Mengganti kontak solenoid apabila kondisinya tidak memungkinkan untuk digunakan lagi.
7. Pemeriksaan kopling overruning
Pemeriksaan penggerak kopling overruning dapat dilakukan dengan mudah, yaitu dengan cara memutar gigi pinion searah atau kebalikan jarum jam. Apabila gigi pinion berputar pada satu arah dan terkunci pada arah lainnya, maka penggerak overruning dalam kondisi baik.
Gambar 1.6. Pemeriksaan kopling overunning
8. Pemeriksaan kemampuan motor starter
Hubungkan motor starter dengan baterai 12 volt. Jika motor starter berputar dengan lancar dan tetap, dengan roda gigi pinion bergerak kedepan dengan arus yang lebih kecil dari spesifikasi yang sudah ditetapkan, berarti motor starter dalam keadaan baik.
Gambar 1.7. Pemeriksaan kemampuan motor starter
2.4.5. Engine Tune-Up
Prosedur melakukan Engine Tune-Up ada tiga tahap, yaitu:
Pemeriksaan saat mesin dingin
Pemeriksaan mesin setelah dipanaskan
Pemeriksaan saat mesin hidup
I. Pemeriksaan saat mesin dingin meliputi :
a. Pemeriksaan minyak pelumas mesin
b. Pemeriksaan sistem pendingin mesin
c. Pemeriksaan tali kipas
d. Pemeriksaan saringan udara
e. Pemeriksaan saringan bensin
f. Pemeriksaan baterai
g. Pemeriksaan pengapian
II. Pemeriksaan setelah mesin dipanaskan :
a. Pemeriksaan celah katup
b. Pemeriksaan kerja karburator
c. Pemeriksaan kompresi
d. Tes jalan
III. Sedangkan pemeriksaan saat mesin hidup :
a. Pemeriksaan dwell angle
b. Pemeriksaan / penyetelan putaran idle
c. Pemeriksaan saat pengapian
2.4.5.1. Pemeriksaan Minyak Pelumas Mesin
Pemeriksaan minyak pelumas pada mesin dilakukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitasnya. Pemeriksaan ini perlu dilakukan saat pekerjaan Tune-Up.
Cara pemeriksaan minyak pelumas adalah sebagai berikut :
1. Tempatkan kendaraan ditempat yang rata.
2. Apabila oli kendaraan habis dalam perjalanan / panas, tunggu 30 menit.
3. Apabila kendaraan dalam kondisi dingin hidupkan 1-3 menit kemudian dimatikan.
4. Tarik batang pengukur minyak dan bersihkan dengan lap kemudian masukkan kembali dengan rapat.
5. Tarik kembali batang pengukur kemudian perhatikan:
a. Periksa volume minyak, harus pada level F dan L pada batang pengukur.
b. Periksa viskositas (kekentalan minyak) dengan jari tangan.
c. Periksa perubahan warna minyak mesin.
Perubahan yang terjadi warna pada minyak pelumas setelah pemakaian antara lain :
Warna merah berarti minyak pelumas tercampur bensin, warna abu-abu berarti minyak pelumas tercampur serbuk bantalan, warna putih susu berarti minyak pelumas tercampur dengan air, dan warna coklat berarti minyak pelumas tercampur dengan carbon.
Untuk penggantian minyak pelumas disarankan atau direkomendasikan menggunakan minyak dengan Viskositas SAE 30 atau 20 W / 50 dengan API A keatas.
2.4.5.2. Pemeriksaan Sistem Pendingin Mesin
Untuk menghindari suhu panas mesin yang berlebihan maka sistem pendingin harus bekerja dengan baik. Energi panas yang dihasilkan oleh mesin tidak semuanya dapat dirubah menjadi energi gerak, hanya 25% yang dapat dimanfaatkan secara efektif. Pemeriksaan sistem pendingin meliputi : pemeriksaan radiator, pompa air (water pump), recervoir, tutup radiator, tali kipas dan selang air.
Prosedur pemeriksaan sistem pendingin :
1. Pemeriksaan selang radiator, kemungkinan ada yang rusak, pecah, menggelembung atau kendor pengikatnya atau perlu diganti.
2. Memeriksa posisi klem apakah ada yang rusak, kotor atau tidak tepat pada posisinya.
3. Memeriksa radiator dan sirip-siripnya dari kebocoran air.
4. Memeriksa kran penguras apakah kendor atau bocor.
5. Memeriksa kebocoran sistem pendingin menggunakan radiator cap tester dengan tekanan 1,2 Kg/cm2. karena sekolah tidak mempunyai radiator cap tester maka dapat diperiksa setelah mesin dihidupkan.
6. Pemeriksaan kualitas air pendingin menggunakan jari. Lihat apakah air masih cukup, masih bersih atau sudah kotor.
7. Memeriksa tengki recervoir, kita lihat batas air apakah pada batas max atau low, jika air pada batas low maka air kita tambah.
Air pendingin kita ganti setiap 20.000 Km. jika memakai radiator coolant maka iar diganti setiap 40.000 Km.
2.4.5.3. Pemeriksaan Tali Kipas
Pemeriksaan pada tali kipas dilakukan untuk mengetahui tegangan dan keausannya. Pemeriksaan tegangan tali kipas dilakukan dengan menggunakan alat spring scale dan mistar baja. Caranya adalah: kita tarik tali kipas menggunakan spring scale dengan gaya 10 kg kemudian kita ukur jarak regangannya menggunakan mistar baja + 10 mm.
Pemeriksaan keausan tali kipas dilakukan untuk mengetahui apakah tali kipas rusak atau masih baik. Caranya kita lepas tali kipas kemudian kita putar sehingga bagian dalamnya berada di luar. Setelah itu kita memeriksa apakah ada keretakan bagian dalam tali kipas. Penggantian tali kipas dilakukan setelah kendaraan menempuh jarak 5000 km.
2.4.5.4. Pemeriksaan Saringan Udara
Saringan udara berfungsi untuk menyaring udara dari debu, juga sebagai penghambat kecepatan udara dan memperkecil suara desis udara. Udara dari luar banyak mengandung debu jika terhisap kedalam silinder maka akan terjadi keausan, umur mesin juga menjadi pendek. Oleh sebab itu kotoran atau debu harus dibersihkan agar tidak terhisap kedalam silinder.
Caranya adalah :
1. Kita lepaskan filter udara dari dudukan / rumahnya.
2. Filter udara kita bersihkan dengan cara meniupkan udara bertekanan rendah dari bagian dalam keluar, kemudian dari luar kedalam dan terakhir dari dalam keluar (menggunakan kompresor).
3. Sebelum memasang filter kita bersihkan dulu rumah saringan dengan menggunakan lap dengan hati-hati jangan sampai debu masuk kedalam radiator.
4. Setelah selesai kita pasang kembali filter ke dalam rumahnya dengan tepat.
2.4.5.5. Pemeriksaan Saringan Bensin
Saringan bensin diperiksa pada waktu tertentu atau setiap kendaraan setelah menempuh jarak 5000 km dan bila perlu diganti baru. Saringan bensin disarankan untuk diganti minimal 1 tahun sekali atau setiap kendaraan setelah menempuh jarak 20.000 km. Dewasa ini banyak saringan bakar model catridge karena dipandang lebih praktis.
Cara atau prosedurnya adalah :
1. Melepas saringan dari pengikatnya
2. Kita perhatikan saluran masuk dan keluarnya
3. Kita semprotkan udara dengan tekanan rendah dari saluran keluar ke saluran masuk satu kali (dengan kompresor).
4. Kita ulangi hal yang sama dari saluran masuk ke saluran keluar
5. Untuk memeriksa apakah saringan bensin sudah bersih atau belum, kita tiup dari arah saluran masuk ke saluran keluar, apabila ringan berarti saringan sudah bersih, akan tetapi bila masih berat berarti saringan harus diganti dengan yang baru.
2.4.5.6. Pemeriksaan Baterai
Baterai merupakan bagian dari kelistrikan mesin dan digunakan untuk menghidupkan mesin serta menjaga mesin agar tetap hidup. Baterai berfungsi untuk menyediakan sejumlah arus pada komponen kelistrikan seperti motor, lampu, dsb. Pemeriksaan baterai meliputi: pemeriksaan kotak baterai, volume air accu, terminal pole, lubang penguapan, berat jenis dan tegangan.
Cara atau prosedur pemeriksaan baterai:
1. Pemeriksaan kotak baterai
2. Kita lepaskan dulu baterai dari dudukan kemudian kita bersihkan kotak baterai bagian atas, samping dan bagian bawah dengan menggunakan kain lap.
3. Pemeriksaan volume elektrolit
4. Untuk memeriksaa volume baterai, kita harus menempatkan baterai pada permukaan yang rata. Kemudian kita memeriksa volume elektrolitnya pada batas upper atau lower level.Jika kurang kita tambahkan dengan air suling sampai batas upper level.
5. Pemeriksaan lubang penguapan
6. Kita lepas dulu tutup baterai, kemudian kita tiupkan udara pada lubang penguapan menggunakan kompresor .
7. Pemeriksaan terminal atau pole baterai
8. Pemeriksaan pole dilakukan untuk membersihkan kotoran maupun minyak yang menempel pada pole baterai. Kita bisa menggunakan air hangat atau amplas bila perlu.
9. Pemeriksaan berat jenis
10. Pemeriksaan berat jenis elektrolit menggunakan hydrometer. Berat jenis elektrolit normal adalah 1260-1280/ berada pada level warna hijau pada suhu 250 C .
11. Pemeriksaan tegangan
12. Alat yang digunakan adalah multitester atau baterai tester (tegangan baterai 12,6 volt max). Caranya adalah kita posisikan multitester pada DC volt skala 50. Kemudian kita tempelkan terminal (+) multitester pada kutub positif pada baterai dan (-) multitester pada kutub negatif baterai. Setelah itu kita lihat jarum indikator pada multitester. Apabila pada jarum menunjukan angka 11 volt keatas berarti kondisi baterai baik, tetapi apabila jarum menunjukkan kurang dari 11 maka baterai perlu direcharge ulang.
2.4.5.7. Pemeriksaan Pengapian
Sistem pengapian perlu diperiksa karena sistem ini sangat penting untuk membakar campuran bahan bakar yang dimampatkan dalam ruang bakar. Busi harus menjaga kemampuan pengapiannya dalam periode yang lama dalam menghadapi pembakaran dan tekanan temperature yang tinggi.
Cara melepas busi :
1. Bila melepas kabel busi (high tension cable) kita harus menarik bagian ujung fittingnya, tidak boleh menarik kabel dengan kasar.
2. Saat melepas busi kita harus menggunakan kunci busi secara tepat, tidak boleh miring karena akan merusak insulator busi.
3. Saat memasang busi kita tepatkan dulu kunci busi dan memastikan bahwa ulirnya sudah tepat, kemudian kita kencangkan dengan gagang kunci.
Cara pemeriksaan busi :
1. Kita periksa dulu insulator busi, ada keretakan atau tidak. kita gunakan lap untuk membersihkan elektroda busi, jika ada keretakan pada busi kita harus mengganti sesuai dengan jumlah busi yang rusak.
2. Memeriksa ulir busi
3. Untuk membersihkan ulir busi kita menggunakan bensin, sekaligus memeriksa apakah ada ulir sudah rusak atau masih baik.
4. Memeriksa keausan dan celah elektroda busi .
5. Memeriksa celah pada elektroda, jika celah melebihi 0,80 mm maka perlu diganti. Jika loncatan bunga api masih baik kita hanya perlu membenturkan ujung elektroda busi secara perlahan agar celah busi kembali seperti semula yaitu 0,80 mm. penggantian busi disarankan setiap 20.000 km.
6. Memeriksa warna pada busi.
Kita memeriksa warna busi dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Abu-abu muda menandakan pembakaran baik,
b. Warna putih menandakan mesin terlalu panas (over head),
c. Hitam basah menandakan minyak pelumas ikut terbakar,
d. Hitam kering menandakan campuran bahan bakar + udara terlalu kaya atau berlebihan.
Agar arus tegangan tinggi yang berasal dari coil ke busi dapat terhubungkan dengan baik, untuk itu kita harus selalu memeriksa keadaan kabel busi. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam memeriksa kabel busi.
Cara pemeriksaan kabel busi :
1. Kita periksa dulu tahanan kabel-kabel busi dengan menggunakan multitester. Ukur tahanan kabel-kabel busi antara terminal-terminal. Pada saat pengukuran diperiksa juga keadaan kabel busi dengan menyentuhkan test lead pada terminal dan bila digerakkan bagian ujung tengah kabel dengan tangan dan jarum tester harus tidak berubah. Tahanan setiap kabelnya harus kurang dari 25 K. bila dari hasil pengukuran ternyata lebih besar, sebaiknya kabel busi diganti.
2. Apabila kabel busi longgar, waktu kita memasang kabel pada terminalnya kita harus memperbaiki dengan menggunakan tang jepit.
Setelah pemeriksaan busi selesai, kita melakukan pemeriksaan distributor. Fungsi distributor adalah untuk membagi arus yang bertegangan tinggi yang dibangkitkan oleh coil pengapian ke busi-busi melalui tegangan tinggi (kabel-kabel busi). Distributor ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1. Tutup distributor
2. Rotor
3. Platina
4. Distributor bodi
Cara pemeriksaan distributor :
I. Tutup Distributor
Pada tutup distributor terdapat terminal kabel tegangan tinggi pada sisi luarnya dan sisi dalam terdapat 4 buah terminal tengah (arang atau brush). Pada saat Tune-Up kita harus membersihkan tutup distributor dengan kain lap dan kita harus memperhatikan :
1. Keretakan tutup
2. Kita harus membersihkan terminal bagian dalam
3. Memeriksa panjang brush
II. Rotor
Rotor berfungsi sebagai pembagi arus tegangan tinggi yang nantinya akan diteruskan ke busi. Pada ujung rotor terdapat lapisan karbon yang keras dan tahan panas. Kita cukup bersihkan rotor dengan kain lap, periksa keretakan dan kebocoran pada rotor.
III. Platina
Platina berfungsi untuk memutuskan aliran listrik dari kumparan skunder. Kita harus memeriksa platina setiap 5.000 km dan kita juga harus mengganti setiap 20.000 Km. Platina harus dibersihklan apabila terlihat kotoran atau kerak yang bisa menghambat aliran listrik, apabila platina diganti maka kondensor harus diganti.
Cara penggantian platina :
1. Jika kita mengganti platina maka kita pakai kondensor mur ukuran 8 mm pengikat terminal kabel disamping luar bodi distributor.
2. Kita lepaskan kabel platina bagian dalam.
3. Kita lepaskan dua buah baut pengikat platina, yang harus kita perhatikan adalah jangan sampai baut lepas dan masuk dalam rumah distributor.
4. Melepas platina
Cara melepas platina :
1. Kita harus membersihkan dulu platina dari kotoran dan minyak.
2. Kita putar pully hingga poros nok sejajar dengan bilik karet platina.
3. Kita gunakan fuller gauge (0.4-0.5 mm) untuk mengukur celah antara nok dan sisi datar poros.
4. Setelah itu kita kencangkan baut pengikat platina.
5. Rotor harus menghadap ke busi no. 2 pada saat silinder no. 1 top kompresi.
Pada bagian distributor bodi terdapat komponen sistem pengajuan (advancer) yang harus diperiksa yaitu :
1. Governoor advancer
Komponen ini berfungsi untuk mengajukan saat pengapian pada saat putaran mesin tinggi. Cara pemeriksaannya yaitu kita putar rotor searah jarum jam dan kemudian dilepas, rotor akan kembali kedalam keadaan semula.
2. Vacum advancer
Vacum advancer berfungsi untuk mengajukan saat pengapian berdasarkan kevacuman intake manifold. Cara pemeriksaannya yaitu kita harus menghisap selang yang ke vacuum advancer dan kita perhatikan dudukan platina maka kelihatan ada gerakan, apabila tidak berarti ada kebocoran atau terjadi kemacetan pada plat rumah platina.
3. Octan selector
Octan selector adalah komponen untuk mengajukan pengapian berdasarkan nilai oktan bahan bakar, sebelum kita melakukan pemeriksaan saat pengapian, kita putar dahulu oktan selector pada posisi standard (garis tebal berada segaris dengan rumah). Satu kali putaran octan selector searah jarum jam maka akan mengajukan pengapian 50.
2.4.5.8. Pemeriksaan Celah Katup
Celah katup diperlukan untuk membuat katup bisa menutup dengan rapat pada dudukannya. Namun, bila celah katup terlalu lebar akan berakibat timbulnya suara yang tidak normal pada saat mesin hidup (suara berisik), oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan atau penyetelan celah katup.
Cara Penyetelen celah katup:
1. Memanaskan mesin hingga temperature kerja mesin.
2. Kita memeriksa baut kepala silinder dan baut rocker arm harus dalam keadaan kencang.
3. Kita posisikan silinder no. 10 TMA (titik mati atas) dengan acuan lihat tanda pada pully.
4. Penyetelan kita lakukan dari depan dengan urutan buang - hisap - hisap – buang dengan firing order: 1 – 3 – 4 – 2.
5. Kita mengambil ukuran celah untuk EX. (buang: 0,30) dan IN. (masuk: 0,20).
6. Kita putar pully satu kali putaran 3600, lalu kita posisikan silinder no. 4 pada TMA (titik mati atas).
Pada penyetelan celah katup kita harus menggunakan fuller gauge yang masih baik (belum aus), pada saat menyetel tarikan fuller gauge harus lurus, rasakan untuk semua celah katup tarikannya sama. Setelah selesai menyetel katup, kita kencangkan lagi baut kepala silinder.
2.4.5.9. Pemeriksaan Karburator
Setelah kita selesai melakukan pekerjaan penyetelan celah katup, maka kita tutup kembali mekanisme katup dengan tutupnya. Kemudian kita hidupkan mesin dalam kondisi komponen terpasang semua. Karburator diperiksa pada saat mesin hidup.
Cara periksa karburator :
1. Pada saat putaran idle kita perhatikan apakah putaran mesin tenang (tidak goyang).
2. Pada saat kita tambahkan putaran mesin (accelerasi) terasa nyaman / tidak mbrebet.
3. Kita tahan putaran menengah kondisi putaran rata (tidak goyang).
4. Pada saat kita accelerasi dengan tiba-tiba tidak ada suara ngelitik terlalu kencang.
2.4.5.10. Pemeriksaan Kompresi
Untuk pemeriksaan kompresi, hanya kita lakukan apabila kita perlukan saja (tenaga mesin menurun) dan dilakukan 2 orang.
Cara pemeriksaannya adalah :
Panaskan dulu mesin, buka semua busi, pijak pedal gas penuh, pasang kompresian tester pada busi no. 1-4, starter mesin dengan putaran 250 rpm, tekanan minimum 8.0 kg/cm.
2.4.5.11. Tes Jalan
Tes jalan merupakan pekerjaan didalam melakukan engine Tune-Up, namun dilakukan apabila diperlukan saja, dan hal ini dilakukan setelah pekerjaan Engine Tune-Up telah dilakukan.
2.4.5.12. Pemeriksaan Dwell Angle
Dwell angel adalah sudut yang dibentuk antara platina mulai menutup sampai platina membuka. Untuk mesin 4 silinder sudut dwell angel (CDA) : 52o. Pemeriksaan CDA diperlukan karena bila terlalu besar, maka coil akan panas dan apabila terlalu kecil maka induksi skunder juga kecil.
Cara pemeriksaan dwell angel :
1. Apabila CDA lebih besar dari standar berarti penyetelan celah platina terlalu kecil ( rapat ).
2. Apabila CDA lebih kecil dari standar berarti penyetelan celah platina terlalu besar.
3. Apabila CDA berubah kemungkinan disebabkan oleh nok distributor aus, bantalan poros distributor rusak atau pegas platina rusak. Hal ini harus dilakukan perbaikan / pengantian terlebih dahulu.
Sebelum kita melakukan pemeriksaan saat pengapian, maka kita harus memeriksa putaran idle apakah sudah standard putaran idle atau belum, dalam posisi air filter harus terpasang. Cara penyetelan putaran idle :
1. Kita hidupkan mesin hingga temperatur kerja,
2. Kita putar baut penyetel campuran (idle mixture adjusting screw) hingga tepat (rpm tinggi max ),
3. Kita putar baut penyetel putaran idle (idle speed adjusting screw) hingga putaran idle tercapai (untuk mesin K, putaran idle 750 rpm tanpa beban AC ).
2.4.5.13. Pemeriksaan Saat Pengapian
Catatan :
1. Sebelum pemeriksaan saat pengapian maka kita harus memeriksa apakah posisi octan selector sudah standar atau belum? Jika belum, lakukan penyetelan.
2. Kita periksa apakah putaran idle sudah memenuhi putaran idle standard (tidak berubah-ubah ), bila belum kita harus melakukan penyetelan.
3. Pada pemeriksaan saat pengapian, saringan udara (air filter ) harus terpasang.
4. Apabila menggunakan vacum ganda maka selang ke idle advancer dilepaskan dulu dan disumbat.
Dengan menggunakan lampu timing kita periksa saat pengapian sesuai dengan standar mesin, mesin tipe TMA (lihat buku pedoman reparasi mesin).
2.5. Hasil Yang Dicapai
Setelah melaksanakan uji kompetensi ini diharapkan dapat mengambil suatu hasil yang dicapai. Adapun hasil yang dicapai meliputi:
1. Sistem Rem
a. Hasil pengukuran pada diameter tromol adalah: 230,8 mm.
b. Hasil pemeriksaan pada tebal kampas adalah: 4,5 mm.
c. Hasil pengukuran pada diameter kampas setelah dipasang adalah: 226,8 mm.
d. Sedangkan celah selisih antara tromol dengan kampas saat bebas adalah:
Diameter tromol – diameter kampas
4
Yaitu: 1 mm
2. Sistem Transmisi
a. Hasil pengukuran keolengan poros output adalah: 0,04 mm dengan limit 0,06 mm.
b. Hasil penghitungan jumlah gigi transmisi 1, 3, 4.
Gigi 1 = 30, gigi 3 = 28, gigi 4 = 22.
c. Hasil pengukuran diameter tuas permukaan journal poros output dengan menggunakan micrometer adalah: 37, 86 mm dengan limit roda gigi 2 dan 3 = 38,42 mm.
d. Hasil pengukuran diameter luar luncuran dalam adalah: 35, 87 mm.
3. Sistem Penerangan
a. Kabel yang akan digunakan sebagai penyalur arus listrik dalam keadaan baik.
b. Hasil pemeriksaan relay, tidak ada terminal yang putus semuanya dalam keadaan baik.
c. Sikring yang digunakan mampu menahan arus 30 A.
d. Flasher dalam keadaan baik.
e. Sistem rangkaian yang digunakan untuk praktikum dalam keadaan baik.
4. Sistem starter
a. Setelah dilakukan pemeriksaan solenoid dalam keadaan baik, masing-masing terminal masih mempunyai kontinuitas.
b. Hasil pengukuran brush (sikat), adalah sebagai berikut:
Brush 1: 8,1 mm,
Brush 2: 8,5 mm,
Brush 3: 8,7 mm,
Brush 4: 8,6 mm.
c. Tidak terjadi kebocoran antara armature dengan komutator.
d. Aramture masih dalam keadaan baik, tidak ada kerusakan pada bagian zat pelindung.
5. Engine Tune-Up
a. Hasil pengukuran pada celah katub adalah: 0,20 mm untuk katub masuk dan 0,30 untuk katub buang.
b. Hasil pengukuran untuk tegangan tali kipas adalah: 10 kg / cm2.
c. Hasil pengukuran sudut dwell saat mesin hidup adalah: 52o ± 6.
d. Hasil pemeriksaan pada tegangan baterai adalah: 12 volt dengan kandungan elektrolit sebesar 1270 pada suhu 25o C.
e. Hasil pemeriksaan kabel tegangan adalah kurang dari 25 K Ω.
f. Hasil pemeriksaan celah platina adalah: 0,45 mm.
2.6. Penghitungan Laba atau Rugi
Dalam pelaksanaan uji kompetensi ini penulis membuat anggaran biaya yang meliputi anggaran belanja bahan, sewa tempat, listrik dan anggaran untuk ongkos pekerjaan. Adapun besarnya anggaran biaya dalam pelaksanaan uji kompetensi adalah sebagai berikut:
1. Sistem Rem
No Nama Bahan Harga Satuan Satuan Jumlah Total
1 Kampas Rem Rp. 25.000,- Set 4 Rp. 100.000,-
2 Napel Rem Rp. 1.500,- Pc 2 Rp. 3.000,-
3 Pegas Rem Rp. 5.000,- Pc 4 Rp. 20.000,-
4 Wheell Cilinder Rp. 15.000,- Pc 2 Rp. 30.000,-
5 Minyak Rem Rp. 10.000,- Botol 2 Rp. 20.000,-
6. Sewa Tempat Rp. 30.000,- - 1 Rp. 30.000,-
7. Ongkos Kerja Rp. 40.000,- - 1 Rp. 40.000,-
Jumlah Rp. 243.000,-
Perhitungan laba dan keuntungannya adalah sebagai berikut:
1. Sewa tempat : Rp. 30.000,-
2. Ongkos kerja : Rp. 40.000,-
3. Bahan : Rp. 173.000,- +
4. Jumlah : Rp. 243.000,-
5. PPN 10 % : Rp. 243.000,- X 10% = Rp. 24.300,-
6. Keuntungan : Rp. 24.300,- X 10% = Rp. 2.430,-
= Rp. 21.870,-
Jadi biaya yang harus dibayar konsumen adalah:
Rp. 243.000,- + Rp. 21.870,- = Rp. 264.870,-
(Dua Ratus Enam Puluh Empat Ribu Delapan Ratus Tujuh Puluh Rupiah)
2. Sistem Transmisi
No Nama Bahan Harga Satuan Satuan Jumlah Total
1. Ring syncromesh Rp. 50.000,- Buah 5 Rp. 250.000,-
2. Ring bambu Rp. 30.000,- Buah 3 Rp. 90.000,-
3. Sewa tempat Rp. 20.000,- - 1 Rp. 20.000,-
4. Ongkos kerja Rp. 50.000,- - 1 Rp. 50.000,-
Jumlah Rp. 410.000,-
Perhitungan laba dan keuntungannya adalah sebagai berikut:
1. Sewa tempat : Rp. 20.000,-
2. Ongkos kerja : Rp. 50.000,-
3. Bahan : Rp. 340.000,- +
4. Jumlah : Rp. 410.000,-
5. PPN 10 % : Rp. 410.000,- X 10% = Rp. 41.000,-
6. Keuntungan : Rp. 41.000,- X 10% = Rp. 4.100,-
= Rp. 36.900,-
Jadi biaya yang harus dibayar konsumen adalah:
Rp. 410.000,- + Rp. 36.900,- = Rp. 446.900,-
(Empat Ratus Empat Puluh Enam Ribu Sembilan Ratus Rupiah)
3. Sistem Penerangan
No Nama Bahan Harga Satuan Satuan Jumlah Total
1. Head lamp Rp. 25.000,- Buah 2 Rp. 50.000,-
2. Kabel Rp. 21.000,- Rol 3 Rp. 63.000,-
3. Timah Rp. 5.000,- Pc 1 Rp. 5.000,-
4. Isolasi Rp. 1.500,- Rol 1 Rp. 1.500,-
5. Lampu Tanda Rp. 2.500,- Buah 8 Rp. 20.000,-
6. Sepatu Kabel Rp. 1.000,- Pasang 20 Rp. 20.000,-
7. Fuse Rp. 1.500,- Buah 8 Rp. 12.000,-
9. Tenol Rp. 30.000,- Rol 1 Rp. 30.000,-
10. Flaser Rp. 25.000,- Buah 1 Rp. 25.000,-
11. Relay Rp. 12.500,- Buah 2 Rp. 25.000,-
12. Sewa tempat Rp. 10.000,- - 1 Rp. 10.000,-
13. Ongkos kerja Rp. 30.000,- - 1 Rp. 30.000,-
Jumlah Rp. 291.000,-
Perhitungan laba dan keuntungannya adalah sebagai berikut:
1. Sewa tempat : Rp. 10.000,-
2. Ongkos kerja : Rp. 30.000,-
3. Bahan : Rp. 291.000,- +
4. Jumlah : Rp. 331.000,-
5. PPN 10 % : Rp. 331.000,- X 10% = Rp. 33.100,-
6. Keuntungan : Rp. 33.100,- X 10% = Rp. 3.110,-
= Rp. 29.990,-
Jadi biaya yang harus dibayar konsumen adalah:
Rp. 331.000,- + Rp. 29.990,- = Rp. 360.900,-
(Tiga Ratus Enam Puluh Sembilan Ratus Sembilan Puluh Rupiah)
4. Sistem Starter
No Nama Bahan Harga Satuan Satuan Jumlah Total
1. Accumulator Rp. 355.000,- Buah 1 Rp. 355.000,-
2. Kunci kontak Rp. 15.000,- Buah 1 Rp. 15.000,-
3. Relay Rp. 12.500,- Buah 1 Rp. 12.500,-
4. Kabel Rp. 1.000,- m 1 Rp. 1.000,-
5. Motor starter Rp. 250.000,- Buah 1 Rp. 250.000,-
6. Sewa tempat Rp. 20.000,- - 1 Rp. 20.000,-
7. Ongkos kerja Rp. 70.000,- - 1 Rp. 70.000,-
Jumlah Rp. 737.500,-
Perhitungan laba dan keuntungannya adalah sebagai berikut:
1. Sewa tempat : Rp. 20.000,-
2. Ongkos kerja : Rp. 70.000,-
3. Bahan : Rp. 647.500,- +
4. Jumlah : Rp. 737.500,-
5. PPN 10 % : Rp. 737.500,- X 10% = Rp. 73.750,-
6. Keuntungan : Rp. 73.750,- X 10% = Rp. 7.375,-
= Rp. 66.375,-
Jadi biaya yang harus dibayar konsumen adalah:
Rp. 737.500,- + Rp. 66.375,- = Rp. 803.875,-
(Delapan Ratus Tiga Ribu Delapan Tujuh Puluh Lima Rupiah)
5. Engine Tune -Up
No Nama Bahan Harga Satuan Satuan Jumlah Total
1. Oli Mesin Rp. 13.500,- Liter 2 Rp. 27.000,-
2. Busi Rp. 8.500,- Buah 4 Rp. 34.000,-
3. Platina Rp. 25.000,- Set 1 Rp. 25.000,-
4. Baterai - - - -
5. Bensin Rp. 5.000,- Liter 3 Rp. 15.000,-
6. Air Accu Rp. 1.500,- Botol 5 Rp. 6.500,-
7. Amplas Rp. 2.500,- Lembar 1 Rp. 2.500,-
8. Sewa tempat Rp. 20.000,- - 1 Rp. 20.000,-
9. Ongkos kerja Rp. 40.000,- - 1 Rp. 40.000,-
Jumlah Rp. 170.000,-
Perhitungan laba dan keuntungannya adalah sebagai berikut:
1. Sewa tempat : Rp. 20.000,-
2. Ongkos kerja : Rp. 40.000,-
3. Bahan : Rp. 110.000,- +
4. Jumlah : Rp. 170.000,-
5. PPN 10 % : Rp. 170.000,- X 10% = Rp. 17.000,-
6. Keuntungan : Rp. 17.000,- X 10% = Rp. 1.700,-
= Rp. 15.300,-
Jadi biaya yang harus dibayar konsumen adalah:
Rp. 170.000,- + Rp. 15.300,- = Rp. 185.300,-
(Seratus Delapan Puluh Lima Ribu Tiga Ratus)
BAB III
TEMUAN
3.1. Keterlaksanaan (Faktor Pendukung dan Penghambat)
3.1.1. Faktor Pendukung
Dalam Uji Kompetensi ini, ada beberapa hal yang sangat mendukung penulis hingga tercapainya penyusun laporan Project Work. Faktor pendukung tersebut adalah:
1. Adanya bimbingan dari guru yang bersangkutan,
2. Ketersediaan peralatan yang memadahi,
3. Waktu yang diberikan untuk pelatihan mencukupi,
4. Ruang ujian cukup nyaman.
3.1.2. Faktor Penghambat
Sedangkan faktor yang menghambat dalam pelaksanaan uji kompetensi ini adalah:
1. Kurangnya bahan dalam pelaksanaan uji kompetensi,
2. Banyak job yang belum dikuasai secara penuh oleh setiap siswa,
3. Kurangnya waktu ujian,
4. Kurangnya koordinasi setiap siswa dalam penyusunan laporan ini sehingga proses pengerjaan terhambat.
3.1.3. Manfaat yang Dirasakan
Setelah pelaksanaan uji kompetensi produktif yang dilaksanakan selama satu minggu, penulis dapat merasakan manfaat yang berguna. Manfaat yang penulis rasakan adalah :
1. Penulis dapat memahami dan mengetahui prosedur Tune-Up pada kendaraan Toyota Kijang 5K.
2. Penulis dapat mengetahui dan memahami prosedur pemeriksaan sistem rem tromol, dan
3. Penulis dapat memahami sistem rangkaian penerangan pada kendaraan toyota kijang 5K atau kendaraan lain secara umum.
3.2. Pengembangan / Tindak Lanjut
Agar pelaksanaan Uji Kompetensi di SMK Islam Secang ini dapat berjalan dengan baik dimasa yang akan datang, perlu adanya pengembangan fasilitas bahan yang memadahi. Sehingga pelaksanaan untuk pelatihan atau praktek oleh siswa di sekolah dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini dapat mengedepankan kejuruan otomotif di SMK Islam Secang semakin maju dan menciptakan tenaga mekanik yang handal dan teruji.
BAB IV
PENUTUP
Setelah melaksanakan Uji Kompetensi yang dilaksanakan selama 1 minggu ini, penulis dapat mengambil suatu kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan dapat menjadikan suatu hasil yang maksimal guna mendapat sertifikasi Uji Kompetensi.
4.1. Kesimpulan
1. Sistem Rem
a. Hasil pengukuran pada diameter tromol adalah: 230,8 mm.
b. Hasil pemeriksaan pada tebal kampas adalah: 4,5 mm.
c. Hasil pengukuran pada diameter kampas setelah dipasang adalah: 226,8 mm.
d. Sedangkan celah selisih antara tromol dengan kampas saat bebas adalah:
Diameter tromol – diameter kampas
4
Yaitu: 1 mm
2. Sistem Transmisi
a. Hasil pengukuran keolengan poros output adalah: 0,04 mm dengan limit 0,06 mm.
b. Hasil penghitungan jumlah gigi transmisi 1, 3, 4.
c. Gigi 1 = 30, gigi 3 = 28, gigi 4 = 22.
d. Hasil pengukuran diameter tuas permukaan journal poros output dengan menggunakan micrometer adalah: 37, 86 mm dengan limit roda gigi 2 dan 3 = 38,42 mm.
e. Hasil pengukuran diameter luar luncuran dalam adalah: 35, 87 mm
3. Sistem Penerangan
a. Kabel yang akan digunakan sebagai penyalur arus listrik dalam keadaan baik.
b. Hasil pemeriksaan relay, tidak ada terminal yang putus semuanya dalam keadaan baik.
c. Sikring yang digunakan mampu menahan arus 30 A.
d. Flasher dalam keadaan baik.
e. Sistem rangkaian yang digunakan untuk praktikum dalam keadaan baik.
4. Sistem starter
a. Setelah dilakukan pemeriksaan solenoid dalam keadaan baik, masing-masing terminal masih mempunyai kontinuitas.
b. Hasil pengukuran brush (sikat), adalah sebagai berikut:
Brush 1: 8,1 mm,
Brush 2: 8,5 mm,
Brush 3: 8,7 mm,
Brush 4: 8,6 mm.
c. Tidak terjadi kebocoran antara armature dengan komutator.
d. Aramture masih dalam keadaan baik, tidak ada kerusakan pada bagian zat pelindung.
5. Engine Tune-Up
a. Hasil pengukuran pada celah katub adalah: 0,20 mm untuk katub masuk dan 0,30 untuk katub buang.
b. Hasil pengukuran untuk tegangan tali kipas adalah: 10 kg / cm2.
c. Hasil pengukuran sudut dwell saat mesin hidup adalah: 52o ± 6.
d. Hasil pemeriksaan pada tegangan baterai adalah: 12 volt dengan kandungan elektrolit sebesar 1270 pada suhu 25o C.
e. Hasil pemeriksaan kabel tegangan adalah kurang dari 25 K Ω.
f. Hasil pemeriksaan celah platina adalah: 0,45 mm.
4.2. Saran
Ada beberapa saran yang penulis sampaikan disini guna peningkatan mutu pendidikan di SMK Islam Secang terutama kemajuan dibidang otomotif:
1. Penulis mengharapkan agar fasilitas peralatan dan bahan disekolah, terutama dibidang otomotif dapat terpenuhi dengan baik, sehingga pelaksanaan praktek di sekolah bisa berjalan dengan baik dan memudahkan siswa dalam menangkap ilmu yang disampaikan oleh guru otomotif.
2. Adanya penambahan ruangan khususnya ruangan praktek otomotif yang lebih nyaman, luas dan memenuhi kesehatan.
3. Adanya fasilitas sarung tangan, lap dan sabun cuci guna menjaga kebersihan guru dan siswa setelah pelaksanaan pratek.
Daftar Pustaka
“Pelaksanaan Engine Tune-Up”, 2000, Toyota, Jakarta
“Pedoman Praktek Untuk STM Otomotif”, 1997, Toyota, Jakarta
“Pedoman Reparasi Chasis atau Bodi”, 1996, Toyota, Jakarta
LAMPIRAN Kumpulan Bukti Belajar (Evidence Of Learning)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
taburkan inspirasi kita di fasilitas internet.
inilah perubahan zaman yng patut kita kembangkan. dengan internet kita bisa menuangkan ilmu kita yang pernah kita tau dan pahami dengan tidak memperhatikan setatus anda.